KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang
telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik.
Karya tulis ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang “Penalaran dalam Karangan” yang penyusun sajikan berdasarkan
pengumpulan bahan dari berbagai sumber.Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “PENALARAN DALAM
KARANGAN” sebagai media pengetahuan bagaimana cara menalar yang baik bagi
kita. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail
yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Bahasa Indonesia yaitu Ibu Lenie Okviana, SIKOM yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya
tulis ilmiah dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas bagi pembaca. Kami selaku Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
Prantiko Airlangga Sakti
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam membuat suatu karangan ilmiah banyak membahas
fakta secara logis dan sistematik dengan tata bahasa yang baik dan benar.
Berarti untuk menulis karangan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara
ilmiah. Oleh karena itu kita perlu memahami prinsip-prinsip yang berlaku
didalam proses penalaran ilmiah. Dengan mempelajari penalaran, akan memperoleh
pengetahuan mengenai definisi,kalimat efektif,paragraph, dan pengembangan
karangan.Melalui proses penalaran,kita dapat sampai pada kesimpulan yang
mungkin berupa asumsi,hipotesis,teori, atau keputusan lainnya.
B. RU MUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana cara
penalaran yang baik menurut tata Bahasa Indonesia?
C. TUJUAN
Tujuan Umum:
Dapat memahami proses penalaran ilmiah secara memadai.
Tujuan Khusus:
1. Dapat menarik
kesimpulan dengan membedakan secara deduktif dan induktif.
2. Jika ada faktanya
maka dapat menarik kesimpulan induktif
3. Jika ada premisnya
maka dapat menarik kesimpulan deduktif.
4. Jika ada silogisme
dapat mengubahnya menjadi entimen.
5. Jika ada entimen,
dapat mengubahnya menjadi silogisme.
6. Jika ada pernyataan
yang mengandung salah nalar, maka dapat menjelaskan kesalahan nalar itu.
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori
keilmuan tentang tata Bahasa Indonesia khususnya tentang proses penalaran. Dan
setelah membaca makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya
bagi yang ingin membuat karangan ilmiah dan sebagainya.
BAB II
PENALARAN
PENALARAN
A. BEBERAPA PENGERTIAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak.
Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan
harus dalam bentuk kalimat pernyataan.
1.
Proposisi dan Term
Proposisi adalah kalimat yang berisi pernyataan
tentanghubungan antara fakta –fakta (subjek dan predikat). Term adalah kata
atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah
kalimat proposisi. Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat
pernyataan tentang hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau
salah. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat,
tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita
netral yang dapat disebut proposisi.
Seorang ahli logika bangsa Swiss bernama Euler pada
abad XVII menemukakan konsepnya, empat jenis proposisi dengan lima macam posisi
lingkaran (lingkaran Euler). Keempat jenis proposisi itu yaitu:
a. Suatu pangkat yang tercakup dalam
subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Contoh: Semua sehat adalah semua tidak sakit.
b. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek
menjadi bagian dari perngkat predikat.
Contoh: Semua sepeda beroda.
c. Suatu perangkat yang tercakup dalam
subjek berada diluar perangkat predikat.
Contoh: Tidak seorang pun manusia adalah binatang.
d. Sebagian perangkat yang tercakup dalam
subjek berada di luar perangkat predikat.
Contoh: Sebagian kaca tidaklah bening.
2. Jenis-Jenis Proporsi
Berdasarkan bentuknya, preposisi dibagi atas 2, yaitu:
a. Proposisi
Tunggal
Proposisi tunggal hanya mengandung satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan
b. Proposisi
Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calon pemimpin .
Berdasarkan sifatnya,proposisi dibagi 2, yaitu:
a. Proposisi
Kategorial
Proposisi Kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi
tanpa syarat.
Contoh: Sebagian binatang berkaki empat.
b.Proposisi Kondisional
Proposisi Kondisional adalah hubungan
antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat yang dapat diingat
sebelum peristiwa berlangsung.
Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1) Proposisi Kondisional Hipotesis,yang terdiri anteseden (syarat) dan
konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan berbeda
(konsekuen).
2) Preposisi
kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.
Berdasarkan kualitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan
adanyapersesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.
b. Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan
antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari
seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang pintar
Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau
mengingkari sebagian subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
3. Bentuk-bentuk Preposisi
Berdasarkan dua jenis preposisi yaitu preposisi kuantitas
(umum dan khusus) dan proposisi kualitas (positif dan negatif) didapatkan
empat macam proposisi, antara lain:
a. Proposisi Umum positif
Proposisi umum positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan
keseluruhan asubjek yang disebut proposisi A.
b. Proposisi Umum Negatif
Proposisi umum negatif
adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek yang disebut
proposisi E.
c. Proposisi Khusus Positif
Proposisi khusus
positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek yang
disebut proposisi I.
d. Proposisi Khusus
Negatif
Proposisi khusus
negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek yang disebut proposisi O.
B. PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori
atau keputusan lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah kesimpulan yang didapat dari satu
pernyataan yang umum. Proposisi tempat menarik kesimpulan disebut premis.
Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
1.
Menarik Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2. Menarik Kesimpulan
Secara Tidak Langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis
sebagai data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak
langsung, antara lain:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang
terdiri dari dua
proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis bersifat umum
disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan
disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan
kesimpulan harus ada term penengah.
Contoh: Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah
manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term
yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi,
yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat
menghasilkan simpulan .
4) Bila salah satu
premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan
dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat
ditarik satu simpulan.
7) Bila salah satu premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor yang khusus dan premis
minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional
hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya
membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh: Jika besii dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai
c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif,
maka simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh: Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai
Jadi, dia bukan seorang professor.
d. Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya
premis minor dan simpulan.
Contoh: Dia menerima
hadiah peertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
C. PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari
pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses
penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu
keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif antara
lain:
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan
yang bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan
cara:
a.
Data itu harus memadai jumlahnya
b.
Data itu harus mewakili keseluruhan
c.
Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2. Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang
bersifat sama.
Contoh: Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
a. Meramalkan kesamaan
b. Menyingkapkan kekeliruan
c. Menyusun klasifikasi.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal
ini, tiga hubungan antar masalah, sebagai berikut:
a. Sebab – Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
b. Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan
simpulan.
c. Akibat- Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya.
Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
D. SALAH NALAR
Salah nalar adalah
kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan.
Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara
pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:
1. Deduksi Yang Salah
Deduksi yang salah
terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan
diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh: Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2. Generalisasi Terlalu
Luas
Generalisasi terlalu
luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasinya tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil
menjadi salah.
Contoh: Orang Makasar
pandai berdayung.
3. Pemilihan Terbatas
Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran
alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh: Engkau harus
memilih antara hidup di Jakarta dengan
serba
kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
4. Penyebab Yang Salah
Nalar
Disebabkan oleh
kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh:
Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil.
5. Analogi Yang Salah
Apabila orang
menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan salah satu
segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya. Contoh: Sumini,
seorang alumni Universitas Indonesia,
dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik
Orang
Salah nalar ini
disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang
diembannya.
Contoh: Kamu tidak
boleh kawin dengan Verdo karena orang tua verdo itu bekas penjahat.
7. Meniru-niru Yang
Sudah Ada
Salah nalar ini adalah
anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita melakukan hal
itu.
Contoh: Peserta
penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang
menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
8. Penyemarataan Para
Ahli
Salah nalar ini
disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama
dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.
Contoh: Pembangunan
pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli di bidang
perikanan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. SIMPULAN
Aspek penalaran sangat diperhatikan dalam setiap penulisan karangan ataupun
jenis tulisan lainnya karena itu, seorang penulis harus mengenal kriteria
dan mengetahui prinsip-prinsip proses penaksiran fakta dan kebenaran penarikan
kesimpulan yang sah dalam tulisanyang dibacanya.
B. SARAN
Setelah membaca karya tulis ilmiah ini diharapkan para pembaca agar dapat
memahami bagaimana cara menalar yang baik menurut tata Bahasa Indonesia. Selain
itu diharapkan pembaca dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam ini dalam
penulisan karya ilmiah ataupun sejenisnya.
SUMBER :
Komentar
Posting Komentar